Adakah Amalan Khusus di Bulan Rajab?
Sumber : http://sofyanruray.info/adakah-amalan-khusus-di-bulan-rajab/
ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ
Allah ta’ala berfirman,
ﺇِﻥَّ ﻋِﺪَّﺓَ ﺍﻟﺸُّﻬُﻮﺭِ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﺛْﻨَﺎ ﻋَﺸَﺮَ ﺷَﻬْﺮًﺍ ﻓِﻲ ﻛِﺘَﺎﺏِ
ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺧَﻠَﻖَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺃَﺭْﺑَﻌَﺔٌ ﺣُﺮُﻡٌ
ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟﺪِّﻳﻦُ ﺍﻟْﻘَﻴِّﻢُ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻈْﻠِﻤُﻮﺍ ﻓِﻴﻬِﻦَّ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ
“Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah
adalah 12 bulan dalam kitab Allah pada hari
Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya
ada 4 bulan yang haram, itulah agama yang
lurus, maka janganlah kalian menzalimi diri-
diri kalian di bulan-bulan itu.” [At-Taubah: 36]
Empat bulan haram tersebut telah diterangkan
dalam sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam,
ﺍﻟﺴَّﻨَﺔُ ﺍﺛْﻨَﺎ ﻋَﺸَﺮَ ﺷَﻬْﺮًﺍ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺃَﺭْﺑَﻌَﺔٌ ﺣُﺮُﻡٌ ﺛَﻼَﺛَﺔٌ ﻣُﺘَﻮَﺍﻟِﻴَﺎﺕٌ
ﺫُﻭ ﺍﻟْﻘَﻌْﺪَﺓِ ﻭَﺫُﻭ ﺍﻟْﺤِﺠَّﺔِ ﻭَﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﻡُ ﻭَﺭَﺟَﺐٌ ﺷَﻬْﺮُ ﻣُﻀَﺮَ
ﺍﻟَّﺬِﻯ ﺑَﻴْﻦَ ﺟُﻤَﺎﺩَﻯ ﻭَﺷَﻌْﺒَﺎﻥَ
“Tahun itu terdiri dari 12 bulan, diantaranya 4
bulan haram; tiga bulan berurutan: Dzul
Qo’dah, Dzul Hijjah dan Muharram. Adapun
Rajab yang juga merupakan bulannya kaum
Mudhar, berada diantara Jumaada dan
Sya’ban.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari
Abu Bakrah radhiyallahu’anhu ]
Hadits di atas menunjukkan bahwa Rajab
termasuk bulan haram. Dinamakan bulan
haram karena Allah ta’ala memberikan
penkhususan terhadap bulan ini dengan
mengagungkannya melebihi bulan-bulan yang
lain, demikian pula dosa dan amal shalih di
bulan-bulan ini dilipatgandakan.
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻃﻠﺤﺔ، ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻗﻮﻟﻪ: } ﺇِﻥَّ
ﻋِﺪَّﺓَ ﺍﻟﺸُّﻬُﻮﺭِ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﺛْﻨَﺎ ﻋَﺸَﺮَ ﺷَﻬْﺮًﺍ { ﺍﻵﻳﺔ } ﻓَﻼ
ﺗَﻈْﻠِﻤُﻮﺍ ﻓِﻴﻬِﻦَّ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ { ﻓﻲ ﻛﻠِّﻬﻦ، ﺛﻢ ﺍﺧﺘﺺ ﻣﻦ
ﺫﻟﻚ ﺃﺭﺑﻌﺔ ﺃﺷﻬﺮ ﻓﺠﻌﻠﻬﻦ ﺣﺮﺍﻣﺎ، ﻭﻋَﻈﻢ ﺣُﺮُﻣﺎﺗﻬﻦ،
ﻭﺟﻌﻞ ﺍﻟﺬﻧﺐ ﻓﻴﻬﻦ ﺃﻋﻈﻢ، ﻭﺍﻟﻌﻤﻞ ﺍﻟﺼﺎﻟﺢ ﻭﺍﻷﺟﺮ
ﺃﻋﻈﻢ .
“Dan berkata Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu
‘Abbas radhiyallahu’anhuma: Firman Allah
ta’ala,
ﺇِﻥَّ ﻋِﺪَّﺓَ ﺍﻟﺸُّﻬُﻮﺭِ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﺛْﻨَﺎ ﻋَﺸَﺮَ ﺷَﻬْﺮًﺍ
“Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah
adalah 12 bulan.” [At-Taubah: 36]
ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻈْﻠِﻤُﻮﺍ ﻓِﻴﻬِﻦَّ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ
“Maka janganlah kalian menzalimi diri-diri
kalian di bulan-bulan itu.” [At-Taubah: 36]
Maksudnya adalah pada seluruh bulan
diharamkan berbuat zalim, kemudian Allah
ta’ala mengkhususkan empat bulan,
menjadikannya haram (mulia), mengagungkan
kemuliaan bulan-bulan tersebut, Allah ta’ala
menjadikan dosa di bulan-bulan itu lebih
besar, demikian pula amal shalih dan pahala
lebih agung.” [Tafsir Ibnu Katsir , 4/148]
Ini menunjukkan bahwa meningkatkan amal
shalih di bulan-bulan ini sangat dianjurkan,
akan tetapi amal shalih yang dimaksud di sini
adalah amalan-amalan yang biasa kita
kerjakan, seperti sholat, puasa, membaca Al-
Qur’an, dzikir, do’a, dan lain-lain. Contohnya,
sholat tahajjud, sholat dhuha, puasa 3 hari
tiap bulan, puasa Senin Kamis, dan lain-lain.
Adapun melakukan amalan khusus di waktu-
waktu khusus maka membutuhkan dalil,
contohnya puasa Arafah tgl. 9 Dzulhijjah,
Asyuro’ tgl. 10 Muharram, dan lain-lain, boleh
dikhususkan karena adanya dalil yang
menunjukkannya. Barangsiapa mengkhususkan
suatu amalan tanpa dalil maka berarti ia telah
mengada-ada; berbuat bid’ah dalam agama.
Dan tidak ada satu pun dalil yang shahih
tentang keutamaan khusus, sholat khusus dan
puasa khusus di bulan Rajab.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
berkata,
ﻭﺃﻣﺎ ﺻﻮﻡ ﺭﺟﺐ ﺑﺨﺼﻮﺻﻪ ﻓﺄﺣﺎﺩﻳﺜﻪ ﻛﻠﻬﺎ ﺿﻌﻴﻔﺔ
ﺑﻞ ﻣﻮﺿﻮﻋﺔ ﻻ ﻳﻌﺘﻤﺪ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﺷﻲﺀ ﻣﻨﻬﺎ
ﻭﻟﻴﺴﺖ ﻣﻦ ﺍﻟﻀﻌﻴﻒ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺮﻭﻯ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﻀﺎﺋﻞ ﺑﻞ
ﻋﺎﻣﺘﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ ﺍﻟﻤﻜﺬﻭﺑﺎﺕ
“Adapun puasa Rajab secara khusus, maka
seluruh haditsnya lemah, bahkan palsu, tidak
ada seorang ahli ilmu pun yang berpegang
dengannya, dan bukan pula termasuk kategori
lemah yang boleh diriwayatkan dalam fadhail
(keutamaan-keutamaan beramal), bahkan
seluruhnya termasuk hadits palsu yang
dusta.” [ Majmu’ Al-Fatawa , 25/290]
Al-‘Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah
berkata,
ﻭﻛﻞ ﺣﺪﻳﺚ ﻓﻲ ﺫﻛﺮ ﺻﻮﻡ ﺭﺟﺐ ﻭﺻﻼﺓ ﺑﻌﺾ
ﺍﻟﻠﻴﺎﻟﻲ ﻓﻴﻪ ﻓﻬﻮ ﻛﺬﺏ ﻣﻔﺘﺮﻯ
“Dan semua hadits yang berbicara tentang
puasa Rajab dan shalat pada sebagian
malamnya adalah dusta yang diada-adakan.”
[ Al-Manaarul Muniif , 96]
Al-Hafizh Ibnu Hajar Asy-Syafi’i rahimahullah
berkata,
ﻟﻢ ﻳﺮﺩ ﻓﻲ ﻓﻀﻞ ﺷﻬﺮ ﺭﺟﺐ ﻭﻻ ﻓﻲ ﺻﻴﺎﻣﻪ ﻭﻻ
ﺻﻴﺎﻡ ﺷﻲﺀ ﻣﻨﻪ ﻣﻌﻴﻦ ﻭﻻ ﻓﻲ ﻗﻴﺎﻡ ﻟﻴﻠﺔ ﻣﺨﺼﻮﺻﺔ
ﻓﻴﻪ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﻳﺼﻠﺢ ﻟﻠﺤﺠﺔ
“Tidak ada satu hadits shahih pun yang yang
dapat dijadikan hujjah tentang keutamaan
bulan Rajab, tidak puasanya, tidak pula puasa
khusus di hari tertentu dan tidak pula sholat
malam di malam yang khusus.” [Tabyinul
‘Ajab , hal. 11]
Maka tidak boleh menyebarkan hadits-hadits
palsu tersebut. Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam telah mengingatkan,
ﻣَﻦْ ﻛَﺬَﺏَ ﻋَﻠَﻰَّ ﻣُﺘَﻌَﻤِّﺪًﺍ ﻓَﻠْﻴَﺘَﺒَﻮَّﺃْ ﻣَﻘْﻌَﺪَﻩُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ
“Barangsiapa yang berdusta atasku dengan
sengaja, maka siapkan tempat duduknya di
neraka.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah radhiyallahu'anhu ]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga
bersabda,
ﻣَﻦْ ﺣَﺪَّﺙَ ﻋَﻨِّﻰ ﺑِﺤَﺪِﻳﺚٍ ﻳُﺮَﻯ ﺃَﻧَّﻪُ ﻛَﺬِﺏٌ ﻓَﻬُﻮَ ﺃَﺣَﺪُ
ﺍﻟْﻜَﺎﺫِﺑِﻴﻦَ
“Barangsiapa menyampaikan hadits atas
namaku padahal dia menyangka bahwa itu
adalah dusta maka dia termasuk salah satu
pendusta.” [HR. Muslim dari Al-Mughiroh bin
Syu’bah radhiyallahu’anhu ]
Hukum Sholat Roghaib
Sebagian orang mengamalkan sholat Roghaib
pada malam Jum’at pertama di bulan Rajab
sebanyak 12 raka’at di antara Maghrib dan
Isya, padahal tidak ada satu pun dalil shahih
yang menunjukkan amalan tersebut.
Imam besar mazhab Syafi’i, An-Nawawi
rahimahullah berkata,
ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺍﻟﻤﻌﺮﻭﻓﺔ ﺑﺼﻼﺓ ﺍﻟﺮﻏﺎﺋﺐ ﻭﻫﻲ ﺛﻨﺘﻰ ﻋﺸﺮﺓ
ﺭﻛﻌﺔ ﺗﺼﻠﻲ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻤﻐﺮﺏ ﻭﺍﻟﻌﺸﺎﺀ ﻟﻴﻠﺔ ﺃﻭﻝ ﺟﻤﻌﺔ
ﻓﻲ ﺭﺟﺐ ﻭﺻﻼﺓ ﻟﻴﻠﺔ ﻧﺼﻒ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻣﺎﺋﺔ ﺭﻛﻌﺔ
ﻭﻫﺎﺗﺎﻥ ﺍﻟﺼﻼﺗﺎﻥ ﺑﺪﻋﺘﺎﻥ ﻭﻣﻨﻜﺮﺍﻥ ﻗﺒﻴﺤﺘﺎﻥ ﻭﻻ ﻳﻐﺘﺮ
ﺑﺬﻛﺮﻫﻤﺎ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ ﻗﻮﺕ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ﻭﺍﺣﻴﺎﺀ ﻋﻠﻮﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ
ﻭﻻ ﺑﺎﻟﺤﺪﻳﺚ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﻓﻴﻬﻤﺎ ﻓﺎﻥ ﻛﻞ ﺫﻟﻚ ﺑﺎﻃﻞ ﻭﻻ
ﻳﻐﺘﺮ ﺑﺒﻌﺾ ﻣﻦ ﺍﺷﺘﺒﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﺣﻜﻤﻬﻤﺎ ﻣﻦ ﺍﻻﺋﻤﺔ
ﻓﺼﻨﻒ ﻭﺭﻗﺎﺕ ﻓﻲ ﺍﺳﺘﺤﺒﺎﺑﻬﻤﺎ ﻓﺎﻧﻪ ﻏﺎﻟﻂ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ
“Sholat yang dikenal dengan nama sholat
roghoib, yaitu sholat 12 raka’at antara
maghrib dan isya pada malam Jum’at
pertama bulan Rajab, demikian pula sholat
malam nishfu Sya’ban sebanyak 100 raka’at,
maka dua sholat ini adalah bid’ah yang
mungkar lagi jelek. Dan janganlah tertipu
dengan penyebutan dua sholat ini dalam kitab
Quthul Qulub dan Ihya ‘Ulumud Diin , dan
jangan tertipu dengan hadits (palsu) yang
disebutkan pada dua kitab tersebut, karena
semua itu batil. Jangan pula tergelincir dengan
mengikuti sebagian ulama yang masih
tersamar bagi mereka tentang hukum dua
sholat ini, sehingga mereka menulis
berlembar-lembar kertas tentang sunnahnya
dua sholat ini, karena mereka telah salah
besar dalam hal tersebut.” [Al-Majmu’ Syarhul
Muhadzdzab , 4/56]
Dalam kitab Asy-Syafi’iyah yang lain, berkata
Ad-Dimyathi rahimahullah,
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ ﻓﻲ ﺇﺭﺷﺎﺩ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ : ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﺍﻟﻤﺬﻣﻮﻣﺔ
ﺍﻟﺘﻲ ﻳﺄﺛﻢ ﻓﺎﻋﻠﻬﺎ ﻭﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ ﻭﻻﺓ ﺍﻻﻣﺮ ﻣﻨﻊ ﻓﺎﻋﻠﻬﺎ :
ﺻﻼﺓ ﺍﻟﺮﻏﺎﺋﺐ ﺍﺛﻨﺘﺎ ﻋﺸﺮﺓ ﺭﻛﻌﺔ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻌﺸﺎﺀﻳﻦ ﻟﻴﻠﺔ
ﺃﻭﻝ ﺟﻤﻌﺔ ﻣﻦ ﺭﺟﺐ، ﻭﺻﻼﺓ ﻟﻴﻠﺔ ﻧﺼﻒ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻣﺎﺋﺔ
ﺭﻛﻌﺔ، ﻭﺻﻼﺓ ﺁﺧﺮ ﺟﻤﻌﺔ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺳﺒﻌﺔ ﻋﺸﺮ
ﺭﻛﻌﺔ، ﺑﻨﻴﺔ ﻗﻀﺎﺀ ﺍﻟﺼﻠﻮﺍﺕ ﺍﻟﺨﻤﺲ ﺍﻟﺘﻲ ﻟﻢ ﻳﻘﻀﻬﺎ،
ﻭﺻﻼﺓ ﻳﻮﻡ ﻋﺎﺷﻮﺭﺍﺀ ﺃﺭﺑﻊ ﺭﻛﻌﺎﺕ ﺃﻭ ﺃﻛﺜﺮ، ﻭﺻﻼﺓ
ﺍﻻﺳﺒﻮﻉ، ﺃﻣﺎ ﺃﺣﺎﺩﻳﺜﻬﺎ ﻓﻤﻮﺿﻮﻋﺔ ﺑﺎﻃﻠﺔ، ﻭﻻ ﺗﻐﺘﺮ
ﺑﻤﻦ ﺫﻛﺮﻫﺎ . ﺍﻩ
“Berkata penulis dalam kitab Irsyadul Ibad :
Dan termasuk bid’ah yang tercela, yang
pelakunya berdosa, serta wajib bagi
pemerintah untuk mencegah pelakunya
adalah:
(1) Sholat raghoib 12 raka’at yang dikerjakan
di antara Maghrib dan Isya pada malam
Jum’at pertama di bulan Rajab,
(2) Sholat nisfu Sya’ban 100 raka’at,
(3) Sholat di Jum’at terakhir Ramadhan
sebanyak 17 raka’at dengan niat qodho sholat
5 waktu yang belum ia kerjakan,
(4) Sholat hari Asyuro 4 raka’at atau lebih,
(5) Sholat sunnah pekanan.
Adapun hadits-haditsnya palsu lagi batil, dan
janganlah tertipu dengan orang yang
menyebutkannya –Selesai-.” [ Haasyiah
I’anatit Thalibin, 1/312]
Hukum Perayaan Isra’ Mi’raj
Sebagian orang merayakan perjalanan Isra’
Mi’raj Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di bulan Rajab, maka perayaan ini mungkar
dari beberapa sisi:
Pertama: Bid’ah (mengada-ada) dalam
agama, karena tidak ada dalil yang
menunjukkannya.
Kedua: Tasyabbuh (menyerupai) orang-orang
kafir, yaitu menyerupai perayaan paskah
(kenaikan) Yesus dalam keyakinan Nasrani.
Ketiga: Berbagai kemungkaran yang terjadi
dalam perayaannya seperti ikhtilat (campur
baur) antara laki-laki dan wanita, lagu dan
musik, bahkan yang lebih tragis adalah
terlalaikan dari melakukan sholat 5 waktu atau
sholat secara berjama’ah, padahal esensi
perjalanan Isra’ Mi’raj adalah sholat 5 waktu
itu sendiri, maka buktikanlah lebih ramai mana
antara sholat 5 waktu berjama’ah di masjid
dan perayaan Isra’ Mi’raj.
Keempat: Menyelisihi larangan Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam terhadap perayaan
apa pun selain ‘iedul adha dan ‘iedul
fitri. Berdasarkan hadits,
ﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲٍ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺪِﻡَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ -ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﺳﻠﻢ- ﺍﻟْﻤَﺪِﻳﻨَﺔَ ﻭَﻟَﻬُﻢْ ﻳَﻮْﻣَﺎﻥِ ﻳَﻠْﻌَﺒُﻮﻥَ ﻓِﻴﻬِﻤَﺎ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻣَﺎ
ﻫَﺬَﺍﻥِ ﺍﻟْﻴَﻮْﻣَﺎﻥِ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻛُﻨَّﺎ ﻧَﻠْﻌَﺐُ ﻓِﻴﻬِﻤَﺎ ﻓِﻰ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴَّﺔِ
ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ -ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻗَﺪْ
ﺃَﺑْﺪَﻟَﻜُﻢْ ﺑِﻬِﻤَﺎ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻷَﺿْﺤَﻰ ﻭَﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ
“Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, beliau
berkata, ketika Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam mendatangi kota Madinah, para
sahabat memiliki dua hari perayaan yang
padanya mereka bersenang-senang. Maka
beliau bersabda: Dua hari apa ini? Mereka
menjawab: Dua hari yang sudah biasa kami
bersenang-senang padanya di masa Jahiliyah.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda: Sesungguhnya Allah telah
mengganti kedua hari tersebut dengan dua
hari yang lebih baik, yaitu ‘iedul adha dan
‘iedul fitri.” [HR. Abu Daud, Shahih Sunan Abi
Daud : 1039]
Kelima: Penetapan tanggal terjadinya Isra’
Mi’raj secara dusta. Al-Hafizh Ibnu Hajar Asy-
Syafi’i rahimahullah berkata,
ﻭﺫﻛﺮ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻘﺼﺎﺹ ﺃﻥ ﺍﻹﺳﺮﺍﺀ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺭﺟﺐ ،
ﻗﺎﻝ : ﻭﺫﻟﻚ ﻛﺬﺏ
“Dan sebagian tukang dongeng telah
menyebutkan bahwa peristiwa Isra’ terjadi di
bulan Rajab. Beliau berkata: Dan itu adalah
dusta.” [ Tabyinul 'Ajab , hal. 6]
ﻭﺑﺎﻟﻠﻪ ﺍﻟﺘﻮﻓﻴﻖ ﻭﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﺁﻟﻪ
ﻭﺻﺤﺒﻪ ﻭﺳﻠﻢ