MAAFKAN & BERLAPANG DADALAH.
Ikhwani wa Akhowati fillah... ;
Abu Bakar As-Siddiq radhiyallahu 'anhu adalah seseorang yang Allah azza wa jalla karuniakan untuknya harta yang melimpah, dan dia dikenal dengan sifat kedermawannya yang tiada tara, ringan tangan untuk berbagi dengan sesama, terutama kepada anak lelaki bibinya, yaitu Misthoh bin Utsatsah, yang hidup dalam kemiskinan dan keterbatasan, entah berapa banyak sudah pemberian Abu Bakar kepadanya untuk menopang hidupnya.
Namun, bak pepatah yang mengatakan ; " Air susu dibalas air tiba ", begitulah sikap Misthoh kepada Abu Bakar As-Siddiq, semoga Allah azza wa jalla senantiasa meredhainya.
Ketika putri tercinta Abu Bakar, yaitu Aisyah radhiyallahu 'anha tertimpa fitnah, yang dicatat dalam tarikh sebagai peristiwa " HADITSUL-IFKI ", yaitu berita bohong, yang sasaran tembak dari peristiwa itu adalah Aisyah, dimana ia dituduh melakukan perbuatan nista dengan seorang sahabat Nabi shalallahu'alaihi, yaitu Sofwan bin Mu'aththol radhiyallahu 'anhu, begitu dahsyat badai fitnah itu mendera dan menerpa Aisyah dan keluarganya, sehingga Aisyah pun seakan tak berdaya menahan dahsyatnya gelombang dan badai fitnah yang ditujukan kepadanya, hingga Aisyah pun akhirnya jatuh sakit....
Peristiwa yang menimpa Aisyah itu tentu menggores luka dan pedih hati yang tiada tara bagi Abu Bakar dan istrinya Ummu Rumman, tapi apa daya, fitnah telah tersebar, seakan tak lagi mampu merangkai untaian kata dan kalimat yang bisa dengannya sedikit membela kehormatan putri tercinta, hanya duka dan air mata yang ada, tanpa tahu harus berbuat apa....
Rasa sedih dan duka itu semakin terasa, ketika Misthoh bin Utsatsah yang tidak lain adalah saudara sepupu Abu Bakar sendiri, ternyata ikut serta meniup bara api fitnah, sehingga bara api fitnah itu semakin berkobar, seakan melumat dan meluluh-lantakkan harga diri dan kehormatan keluarga Abu Bakar, terutama Aisyah, bahkan air matapun terasa kering sudah, tak lagi mampu menangis walau hanya sekedar mengungkap jaritan hati seorang wanita yang terluka dan teraniaya, hanya kepada Allah azza wa jalla ia serahkan segalanya.
Sikap dan perilaku Misthoh utk benar- benar membuat Abu Bakar meradang dan geram, dia marah, karena sesungguhnya ia hanyalah seorang manusia, saat itulah Abu Bakar bersumpah dengan nama Allah azza wa jalla bahwa ia TIDAK AKAN LAGI MEMBERI kepada Misthoh apapun yang pernah diberikan kepadanya...
Ikhwani wa Akhowati fillah... ;
Salahkah sikap Abu Bakar...?.
Rasanya kita sepakat untuk mengatakan bahwa Abu Bakar tidak salah dengan sikapnya itu, justru tepat dan adil, untuk memberi pelajaran kepada Misthoh agar pandai menghargai dan membalas jasa orang lain...
Tapi, Subhanallah..., Allah azza wa jalla turunkan ayat ; 22 dari surat An-Nur, yang secara tidak langsung menegur Abu Bakar, agar tidak membalas keburukan dengan keburukan yang serupa, karena sesungguhnya memang tidaklah sama antara kebaikan dengan keburukan, maka diperintahkan adalah untuk MEMAAFKAN dan BERLAPANG DADA... ;
ولا يأتل أولو الفضل منكم والسعة أن يؤتوا ؛ولى القربى والمساكين والمهاجرين فى سبيل الله وليعفوا وليصفحوا ألا تحبون أن يغفر الله لكم والله غفور رحيم.
" Dan janganlah kiranya orang-orang yang memiliki kelebihan harta dan kelapangan rizki diantara kalian bersumpah bahwa mereka tidak akan lagi memberi (bantuan) kepada kaum kerabatnya, yang miskin dan yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka MEMAAFKAN dan BERLAPANG DADA, apakah kalian tidak senang apabila Allah mengampuni (dosa dan salah) kalian, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ".
Mendengar sepotong ayat yang mulia ini, Abu Bakar spontan berkata ;
بلى، والله إنا نحب يا ربنا أن تغفر لنا.
" Tentu wahai Robb kami, demi Allah, kami sangat senang sekiranya Engkau ampuni dosa dan salah kami ".
Abu Bakar Ash-Shiddiq segera kembali menjaga hubungan baik dengan saudara sepupuhnya, yaitu Misthoh bin Utsatsah, dengan memberi apa yang pernah diberikan kepadanya, walaupun dia telah menyakiti hatinya, Abu Bakar tak lagi perduli dengan rasa sakit dan perih yang pernah ada di hatinya, demi mengharap dan memperoleh ampunan dari Robb-nya, Allah azza wa jalla.
Ikhwani wa Akhowati fillah... ;
Pernahkan kita mengalami dan merasakan seperti apa yang telah dialami dan dirasakan Abu Bakar..?, merasa sakit hati, perih dan luka hati bak disayat sembilu, karena ucapan dan perilaku seseorang kepada kita, bahkan bersumpah serapah bahwa kita tidak akan pernah memaafkan sampai kapanpun....?, atau mungkin sampai saat ini masih ada tersimpan rasa benci dan amarah kepada seseorang....?.
Kalau benar adanya, maka baca dan renungkan ayat di atas, ulangi dan ulangi lagi, karena menyimpan amarah dan kebencian, apalagi dendam, sesungguhnya itu penyakit yang akan mencelakakan diri kita sendiri, Al-Qur'an diturunkan sebagai obat yang menyembuhkan, maka sembuhkanlah penyakit itu dengannya....
Kalaupun masih terasa berat di hati untuk memaafkan, coba renungkan dengan sepenuh kejujuran ; Seberapa besar dan seberapa berat dosa dan salah orang itu kepada kita....?, lalu bandingkan dengan dosa dan salah kita kepada Allah azza wa jalla, bukankah Allah azza wa jalla jadikan maaf kita untuk orang yang telah menyakiti kita sebagai wasilah dan sebab DIAMPUNINYA dosa dan salah kita oleh-Nya...?, tidak mampukah kita mengucapkan kalimat semisal yang diucapkan oleh Abu Bakar.....?.
Ikhwani wa Akhowati fillah... ;
Mengapa kita tidak belajar dan atau mengambil pelajaran dari sebatang pohon, dia tiada pernah letih dan lelah untuk terus menumbuhkan tunas-tunasnya, menambah ranting dan dahannya, senantiasa memberi faedah dan manfaat bagi sekelilingnya, tiada pernah marah meskipun terluka, dipangkas dahan dan rantingnya, diapun tidak pernah berhenti menumbuhkan tunas-tunasnya dan rantingnya, terus menghadirkan kerindangan dan keteduhan bagi siapapun yang berteduh dibawahnya, tak sekalipun mengharap balas jasa, bahkan permintaan maaf dari orang yang telah menyakiti dan melukainya....?!.
Subhanallah wa bihamdihi, Subhanallahal Adzim.
[ Kholid Maulana, Tambun Selatan, 10 Mei 2020 ].
https://www.instagram.com/p/CFZegdHhghz/?igshid=xgyqr69taioe
